Narasibangsa.co | Bangil -Cita-cita IPNU adalah membentuk manusia berilmu yang dekat dengan masyarakat, bukan manusia calon kasta elit dalam masyarakat.
Itulah sepenggal pidato KH Tholhah Mansur dalam Muktamar IV IPNU di Yogyakarta tahun 1961.
Dari kalimat pendek tersebut, Rekan Vicky menterjemahkan dalam harokahnya berkhidmat di panji kebesaran IPNU sangatlah jelas bahwa ia memegang teguh amanah dari muasis Pendiri IPNU mempunyai cita-cita sejak awal bahwa kelahiran IPNU pada tanggal 24 Februari 1954 atau bertepatan dengan tangal 20 Jumadil Akhir 1373 H adalah untuk membentuk dan mencetak pelajar dan santri Nahdlatul Ulama yang berilmu yang tidak berlagak elitis dan eksklusif. Konteks Berilmu, mempunyai makna yang kompleks, Vicky Sapaan Akrab Calon Ketua PC IPNU Bangil mengartikan sebagai kapasitas seorang kader yang harus mempunyai ilmu pengetahuan sekaligus kecerdasan agar dapat menjadi intelektual yang islami.
maksud dari pengetahuan dan kecerdasan menurut Vicky maksud adalah, seorang kader IPNU, adalah agen yang harus mempunyai modalitas wawasan (baca: pengetahuan) yang implementatif, ready to use. Sehingga, kecerdasan disini merupakan upaya untuk mempraktekkan segala wawasan yang dimilikianya. Karena, melalui dua modalitas inilah kader-kader IPNU akan menjadi aset transformasi sosial bagi masyarakat yang lebih luas. Vicky mencalonkan diri sebagai ketua bukan untuk melegitimasi diri nya yang terbaik akan tetapi lebih dari itu untuk menjaga peradaban pelajar yang islami di abad ke dua Nahdlatul Ulama.
Cita-cita ini, tentu dilandasi dengan asas ideologis yang bersumber dari teks al-Quran, sebagaimana yang teruraikan melalui pesan surah al-Mujadalah: 11 yang menegaskan bahwa Allah akan meninggikan beberapa derajat orang-orang yang beriman diantara kamu dan orang-orang yang berilmu (diberi ilmu pengetahuan) beberapa derajat. Landasan normatif ayat suci inilah yang menjadi pedoman pengembangan pengetahuan sekaligus kecerdasan agar selalu “kehausan” dalam meraup air-air ilmu pengetahun bagi para kader IPNU.
Memang sangat tepat sekali pondasi dari organisasi ini juga berorientasi keilmuan ini tentu saja bukan dalam rangka mencapai ketinggian derajat semata, karena Kiai Tolchah dalam pidatonya tersebut melakukan taqyid al-makna, yang menegaskan keilmuan tersebut harus dilandasi sikap yang dekat dengan masyarakat. artinya, kader IPNU harus mempunyai karakter, yaitu sikap yang siap sedia kapanpun masyarakat memanggil. Hal tersebut yang telah di lakukan oleh pelajar putra Nahdlatul Ulama Vicky namanya mendedikasikan dirinya dalam bersosial.
Sehingga, sangat absurd jika ada seorang kader IPNU yang tidak dekat dengan masyarakat, merasa terasing dari denyut kehidupan warganya. Dari fenomena ini, maka harus ada yang dibenahi dari internal individual atau pola kaderisasi yang kurang tepat. Karena, sikap elitis inilah yang sangat dikhawatirkan oleh Kiai Tolchah selaku founding fathers IPNU. Hal ini pun senada dengan paradigma Vicky untuk mengimplementasikan di tingkatkan PC IPNU Bangil.
Cita dan asa Kiai Tolchah diatas, selanjutnya disimbolisasikan melalui logo IPNU yang sangat sarat makna. Gambar bulu angsa misalnya, dalam logo tersebut dimaknai sebagai spirit keilmuan yang harus tetap dilakukan oleh para kader, kemudian karakter yang istiqomah, berkomitmen dan selalu tuntas dalam setiap kinerja disimbolkan dengan logo IPNU yang berbentuk bulat. Hal ini lah yang membuat Vicky termotivasi dapat memimpin Kader-kader pelajar Bangil.
Kemudian, bintang yang merupakan benda luar angkasa meniscayakan sebuah ketinggian harapan yang harus selalau tergenggam agar kader-kader tidak hanya hidup tanpa adanya cita-cita yang tinggi. Dari sekelumit kode-kode inilah, sebenarnya karakter keilmuan IPNU termanifestasikan dengan baik. Hal ituharus dipahami dan disadari oleh semua elemen pengurus, anggota, dan seluruh kader.
Sebuah kredo yang terkenal di IPNU: belajar, berjuang dan bertaqwa juga menjadi semacam world view yang mendarah daging, untuk terus melakukan kerja-kerja intelektual, sosial dan spiritual secara sekaligus. Selaras dengan makna nahdlah dalam nomenklatur Nahdlatul Ulama yang berarti kebangkitan agama dan peradaban secara bersama-sama (nahdlah ad-diniyah wal madaniyah ma’an).
Melihat kesinambungan gagasan konseptual serta falsafahnya, maka sangat masuk akal jika pembangunan dan keberlangsungan NahdlatulUlama sebagai garda pembentukan peradaban masyarakat Indonesia, berada dipundak kader-kader IPNU.
Untuk itulah, pembangunan kader-kader IPNU sama halnya dengan membangun NU di masa depan, dan memperhatikan NU sama dengan turut andil dalam membangun generasi bangsa Indonesia yang berkualitas di era yang akan datang.